Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُ مِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْحِكْمَةَ وَاِ نْ كَا نُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 2)
Berangkat dari ayat diatas, kita semua tahu bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab yang Allah amanahkan kepada Rasulullah adalah menjadi seorang guru. Ya, menjadi seorang guru yang membawa manusia dari gelapnya kebodohan kepada cahaya Islam yang mampu membuat suatu kaum yang tidak memiliki peradaban menjadi bangsa atau kaum yang berperadaban tinggi.
Tentu itu semua terjadi dengan izin Allah dan dengan risalah yang mulia, beliau mengajarkan Al Qur’an dan hikmah. Dalam waktu yang singkat, lebih kurang 23 tahun Rasulullah menjadi seorang guru bagi para sahabat dan umat Islam di zaman itu, beliau mampu mencetak banyak pemimpin bumi yang luar biasa.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi para calon guru atau orang tua yang akan mengajarkan atau mendidik anak-anaknya. Mengapa Rasulullah mampu mencetak generasi hebat yang sampai Allah sebut dalam Al-Qur’an sebagai umat terbaik? Maka jawaban dari pertanyaan inilah yang akan kita pelajari bersama untuk menjadi seorang guru berkualitas seperti Rasulullah Shallahu ‘alaihi wassalam.
Berawal dari tekad Rasulullah untuk menghapus kebodohan dan kerusakan seluruh tatanan kehidupan manusia baik akidah, akhlak, muamalah di zaman itu. Betapa buruknya kondisi bumi saat itu khususnya di Kota Mekkah yang dipenuhi oleh kejahiliyahan di seluruh tatanan kehidupannya. Akidah yang melenceng dari ajaran yang lurus sampai kebobrokan moral masyarakatnya.
Kegelisahan itulah yang mendorong atau memotivasi beliau untuk mengubah itu semua. Dengan tekad dan azzam yang kuat itu pula Allah datangkan pertolongannya dengan perintah “iqro” atau “bacalah”. Ini sekaligus mengingatkan kita tentang langkah awal untuk menjadi seorang guru berkualitas adalah dengan menghadirkan tekad atau dorongan dari dalam diri seorang guru untuk menghapus kebodohan dan kerusakan yang terjadi di masyarakat dan untuk perbaikan generasi ini.
Bukan hanya sekedar formalitas menjadi seorang guru, bekerja hanya untuk memperoleh gaji dari sebuah instansi pendidikan. Tapi ada tanggung jawab besar di pundaknya akan keberhasilan atau kegagalan generasinya. Inilah yang disebut dengan “Ruhul Muallim” , yaitu ruh seorang guru yang menginginkan adanya cahaya Islam di dalam hati setiap anak didiknya. Aspek inilah yang harus diperhatikan dan dibangun oleh setiap guru selain dari aspek lainnya seperti fasilitas, materi pengajaran, metode dan guru itu sendiri.
Hal berikutnya setelah Ruhul Muallim yang harus dimiliki setiap guru yang berkualitas adalah tujuan pendidikan. Dimana tujuan pendidikan itu harus selaras dengan tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah, menghamba, dan mengabdi kepada Allah Subhanahu wata’ala. Kurangnya kesadaran atau ketidakpahaman tentang konsep pendidikan dan tujuan pendidikan inilah yang menjadi sebab banyak orang yang berilmu tapi tidak beradab. Atau mungkin banyak sekali orang yang mengaku sekolah tapi tidak belajar. Sehingga lahirlah orang-orang melakukan amal kebaikan selalu dinilai dengan materi bukan atas dasar keimanan.
Dari kedua kriteria diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru yang berkualitas butuh tekad yang kuat dan azam yang besar untuk perbaikan generasi ini. Layaknya pelita di kegelapan, ia mampu memberikan sinar di tengah gelapnya lingkungan sekitarnya. Untuk mencapainya juga dibutuhkan tujuan yang jelas agar cara yang ditempuh tidak keliru dan tepat sasaran.
Satu hal yang tidak kalah penting yaitu bagaimana Rasul mendidik generasi terbaik, yaitu salah satunya adalah dengan keteladanan. Metode pengajaran Nabi yang sangat utama ini yang menjadi tugas bagi setiap guru jika ingin tercapainya keberhasilan pendidikan. Beliau mampu menjadi contoh terbaik sepanjang zaman untuk ditiru oleh setiap manusia. Begitulah seorang guru berkualitas dalam mendidik generasi terbaik. Menjadi suri tauladan sebelum mengajarkan kepada anak didiknya.
Ya Allah bimbinglah kami dalam meneruskan estafet perjuangan ini. Mampukan kami dalam menjaga niat kami dan menjalankan bagian dari visi perjuangan Rasul-Mu. Ya Rabb, teguhkan langkah kami di jalan perjuangan ini. Aamiin.
Wallahu’alam
Referensi:
Al-Qur’an Nur Kariim
Abu Ghunddah, Abu al-Fattah. 2005. 40 Strategi Pembelajaran Rasulullah SAW. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Tiara Wacana Yogya
Pemahaman selama perkuliahan mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan Islam.
Leave a Reply