Topik kuliah Character Building hari ini adalah tentang Iman Kepada Hari Akhir bersama dosen pengampu. MaasyaaAllah… Tersentak hati ini ketika beliau bertanya, “Berapa kali dalam sehari kalian mengingat hari akhir?”
Pertanyaan serupa tentang hari akhir membuatku berpikir dan merenung, “Siapa yang tidak yakin dengan adanya hari akhir?” Tidak ada tangan yang terangkat untuk menyatakan ketidakyakinannya.
Pertanyaan selanjutnya dilontarkan oleh guru kami, “Jika yakin dengan adanya hari akhir, mengapa masih berat untuk meinggalkan apa yang dilarang oleh Allah?”
“Jika yakin dengan adanya hari akhir, mengapa masih berat untuk beribadah kepada Allah?”
Seisi kelas tidak mampu menjawab karena sibuk merenungi pertanyaan dari Ustadz. Kemudian, Ustadz bertanya, “Mengapa keyakinan kita pada hari akhir belum dapat merasuk dalam pola pikir, sikap dan tindakan kita?”
Beberapa menjawab,
“karena cinta dunia”
“karena takut mati”
“karena banyaknya dosa yang kita miliki”
“karena banyaknya fitnah”
“karena kurangnya iman”
“karena godaan syaitan yang terkutuk”
“karena lalai”
Kemudian, Ustadz kembali bertanya, “Bagaimana obat atas kelalaian kita?”
Beberapa mahasiswa mencoba menjawab,
“sering membicarakan tentang hari akhir”
“Sering berziarah ke kuburan untuk mengingat kematian”
“hilangkan hambatan yang membuat kita menjadi lalai”
Diskusi di kelas berjalan dengan cukup seru. Ustadz menjelaskan tentang bagaimana cara menanamkan nilai-nilai keimanan pada hari akhir. Berikut adalah poin-poin yang dapat dilakukan:
- Mempelajari Al Qur’an
Sebagian isi Al Qur’an menerangkan tentang rentetan peristiwa hari akhir. Beberapa surat dalam Al Qur’an adalah surat yang berisi informasi tentang hari kiamat, seperti surat Al-Qiyamah, Al-Qari’ah, Al-Insyiqaq, Al-Zalzalah, Al-Haqqah, Al-Ghasiyyah, Al-Infithar dan beberapa surat lainnya.
- Mempelajari hadits
Banyak hadits yang menerangkan tentang hari akhir, seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti manusia akan mengeluarkan keringat hingga keringat tersebut mengalir di bumi (padang mahsyar) sehingga tujuh puluh hasta, dan keringat tersebut mengekang (membenamkan) mereka hingga mencapai telinga mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Memperhatikan alam sekitar
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran: 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
- Mengingat kematian
Ajal tidak mengenal usia, jabatan, ataupun status. Ajal akan datang kepada setiap makhluk yang bernyawa. Kondisi manusia yang bertemu dengan ajalnya hanya ada dua, yakni kondisi yang baik (husnul khotimah) atau kondisi yang buruk (suul khotimah). Dengan mengingat kematian, maka kita akan senantiasa berbuat sebaik mungkin semampu kita agar di hari pembalasan kelak, kita tidak akan mendapat balasan yang buruk.
- Mempelajari hakikat dunia dan akhirat
Dunia adalah tempat singgah yang bersifat sementara. Mengapa sesuatu yang tidak berarti ini dapat menggoda kita dan membuat kita lalai? Ibarat ikan dalam akuarium yang keruh airnya, ikan tidak akan dapat melihat dunia di luar akuarium jika airnya keruh. Yang dapat dilihat hanyalah kotoran-kotoran dalam akuarium. Ikan diibaratkan sebagai manusia. Akuarium diibaratkan sebagai dunia. Air yang keruh diibaratkan sebagai segala keindahan yang ada di dunia. Untuk dapat melihat dengan jelas dunia di luar akuarium, maka air di dalam akuarium perlu dibersihkan. Pembersihan ini diibaratkan dengan pembersihan diri dari segala keindahan dunia yang melalaikan.
- Membaca kisah
Kisah memberikan motivasi, inspirasi, solusi, hikmah dan prediksi. Membaca kisah yang terkait dengan iman membuat diri menjadi terpacu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Itulah di antara poin-poin ikhtiar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keimanan. Kenapa keimanan harus diikhtiarkan? Karena iman itu tidak stabil, ia bersifat naik dan turun. Akan meningkat dan naik levelnya dengan ketaatan dan akan menurun karena kemaksiatan. Perbincangan tentang iman adalah salah satu cara yang perlu kita lakukan setiap hari untuk mengokohkan keimanan. Sehingga kelak, iman bisa menjadi penghalang dari kelalaian dan kemaksiatan. Semoga Allah senantiasa menaikkan keimanan kita. Selamat berbincang tentang iman, yaa ayyuhal Mu’allim.
Leave a Reply