Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillaahilladzii bini’matihii tatimmusshoolihaat ..
Tulisan ini adalah hasil resume penulis dari video kajian Ust. Budi Ashari hafidzahullaah ta’alaa yang berjudul Guruku Teladanku. Terdapat beberapa poin yang penulis anggap penting untuk dijadikan warning bagi siapapun yang berprofesi sebagai guru, dan warning ini terkhusus untuk pribadi penulis sendiri.
Untuk menjadi guru yang diteladani murid-muridnya, maka perlu mempunyai beberapa hal di bawah ini:
Pertama, Adab.
Setiap kegiatan apapun itu, termasuk kegiatan belajar-mengajar, maka sangat diperlukan adab. Ada hal penting yang tidak boleh dilewatkan untuk dimiliki oleh seorang guru. Yaitu adab. Adab adalah akhlak sebelum ilmu. Seperti murid yang dituntut untuk mempunyai adab sebelum menuntut ilmu, maka demikianlah seorang guru harus mempunyai adab dalam menyampaikan ilmunya.
Kedua, Jangan Seperti Himar
Allah melarang kita seperti Himar. Himar atau keledai adalah binatang yang melambangkan kebodohan, kemalasan, sulit diajar karena hati dan akhlak yang keras. Percuma seseorang mempunyai ilmu tinggi, tapi adab tak mampu menyangga, maka hasilnya ia akan mudah roboh bersama ilmunya.
Ketiga, Adab Suatu Keharusan
Akhlak atau keteladanan seorang guru bukanlah sebuah pilihan, tapi ia adalah suatu keharusan. Wajib dimiliki oleh setiap guru. Pandangan murid tidak akan terlepas dari perilaku seorang guru. Jadi tanpa keteladanan yang dimiliki seorang guru, sulit bagi murid mengambil ilmunya.
Keempat, Adab Guru Dipelajari Murid Sadar atau Tidak Sadar
Keteladanan adalah sesuatu yang dipelajari murid kepada gurunya sadar atau tidak sadar. Abdullah bin Mubarak, belajar adab 30 tahun lamanya, dan belajar ilmu 20 tahun lamanya. Itu menggambarkan bahwa sangat penting belajar adab terlebih dahulu sebelum belajar suatu ilmu. Ini peringatan bagi para mu’allim, dan tholabul ‘ilm, agar jangan sampai melewatkan adab sebelum ilmu.
Kelima, Adab 2/3 Ilmu
Abdullah bin Mubarak juga mengatakan bahwa adab itu adalah 2/3 ilmu. Jadi kalau seseorang ingin mendapatkan ilmunya, maka ia harus memiliki 2/3 ilmu yang lain, yaitu adab. Dan saat guru tidak punya adab, akhlak atau keteladanan untuk muridnya, maka 2/3 ilmu itu akan hilang. Begitu juga sebagai murid, jika tidak punya adab maka 2/3 ilmunya hilang.
Keenam, Pelajaran Tentang Adab
Kita akan mengambil pelajaran dari salah seorang ibunda Imam besar umat ini, yaitu Imam Malik rahimahullaah.
Suatu hari, Imam Malik kecil ingin belajar kepada gurunya yang bernama Robi’atu Ar-Ro’iyy. Ia berpamitan kepada sang ibunda. Sang ibu lantas segera menyiapkan kebutuhan Imam Malik dengan memakaikan pakaian yang bagus, memakaikan sorban, dan inilah yang mahal yang harus disampaikan oleh para ibu ketika anaknya adalah seorang yang thullaabul ‘ilm. Ibu Imam Malik berpesan. “Nak, Pergilah kepada gurumu! Dan pelajarilah adabnya sebelum ilmunya!” MaasyaaAllah.
Ketujuh, Teladan Menembus Hati Murid
Keteladanan itu sungguh mampu menembus hati murid. Bersebab teladan adalah hasil dari yang guru katakan kemudian kerjakan. Jika guru hanya menyampaikan teori tapi tidak teraplikasikan pada perbuatan, maka akan sulit menembus hati murid. Sebagaimana yang dikatakan Imam Ahmad, bahwa “Hanya suara yang berasal dari hati yang akan sampai ke hati.”
Sudahkah kata dan tindakan kita menembus hati murid?
Mari kita simak nasihat Imam Syafi’i rahimahullaah kepada guru anak-anak Amirul Mukminin, Harun Al-Rasyid.
“Jadikan permulaan perbaikan untuk anak-anak Amirul Mukminin dengan memperbaiki dirimu sendiri. Karena mata mereka akan terikat dengan kedua matamu. Yang baik menurut mereka apa yang kamu anggap baik, yang buruk bagi mereka adalah apa yang kamu tinggalkan.”
Pelajaran yang sangat mahal. Bahwa guru sebelum menyampaikan ilmunya, harus memperbaiki dirinya terlebih dahulu. Ishlah, kemudian mushlih. Memperbaiki diri sendiri, lalu menjadi orang yang memperbaiki orang lain.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam adalah teladan puncak sebagai guru. Dalam QS. Ali-Imran ayat 159 Allah memuji Rasul yang lembut hatinya. Lewat rahmat Allah, Rasulullah tidak menjadi guru yang keras hati. Allah menjadikan Rasul sebagai guru yang suka memaafkan, suka memohonkan ampun untuk mereka, suka bermusyawarah untuk mereka. Dan kalau kita perhatikan, bahwa karakter lemah lembut, suka memaafkan, suka mendoakan, dan suka bermusyawarah untuk urusan muridnya, harus dimiliki oleh setiap guru.
Begitulah ketedalanan Rasulullah shallallaahu alayhi wa sallam yang sungguh luar biasa. Akhlak keteladanan beliau tersebut berhasil memutus lahirnya himar-himar di lembaga pendidikan Nabi. Akibat keteladanan yang dimiliki Nabi itulah, lahir orang-orang hebat yang memakmurkan bumi. MaasyaaAllah.
Semoga Allah memudahkan kita sebagai penuntut ilmu, sebagai mu’allim untuk memiliki adab, akhlak, juga keteladanan. Aamiin Allahumma Aamiin.
Fa’tabiruu Yaa Ulil Abshar…
Wallaahu a’laam.
Leave a Reply